Elektabilitas: Cermin Dukungan Publik dalam Dunia Politik
Wamena - Dalam dunia politik, istilah elektabilitas menjadi salah satu kata yang paling sering terdengar, terutama menjelang pemilu. Namun, tidak semua masyarakat memahami secara utuh apa sebenarnya makna elektabilitas, bagaimana fungsinya, serta manfaatnya bagi dinamika politik di Indonesia.
Pengertian Elektabilitas Secara sederhana
Elektabilitas adalah tingkat keterpilihan seseorang atau partai politik dalam suatu kontestasi politik, seperti pemilihan presiden, kepala daerah, hingga anggota legislatif. Istilah ini berasal dari kata electability dalam bahasa Inggris, yang berarti “kemampuan untuk dipilih”.
Elektabilitas biasanya diukur melalui survei opini publik yang dilakukan oleh lembaga survei independen. Survei ini menanyakan kepada responden tentang calon atau partai mana yang akan mereka pilih jika pemilihan dilakukan saat itu juga. Hasil survei kemudian menjadi gambaran seberapa besar peluang seorang kandidat atau partai untuk memenangkan kontestasi.
Dikutip dari halaman Antaranews.com, Dr. Rudi Hartono,seorang ahli survey mengatakan elektabilitas merupakan indikator yang cukup penting dalam peta kekuatan politik nasional. “Elektabilitas bukan sekadar angka, tetapi cerminan dari kepercayaan publik terhadap figur atau partai politik tertentu. Ia menunjukkan seberapa besar dukungan aktual dan potensi kemenangan dalam pemilu.
Baca juga: Apa itu Populisme dan Apa Dampaknya Untuk Sebuah Negara ?
Fungsi Elektabilitas dalam Politik
Elektabilitas memiliki sejumlah fungsi strategis, terutama bagi para aktor politik dan lembaga yang terlibat dalam proses demokrasi.
Pertama, sebagai alat ukur popularitas dan dukungan publik. Melalui survei elektabilitas, partai atau kandidat dapat mengetahui sejauh mana masyarakat mengenal dan mendukung mereka. Informasi ini sangat penting untuk menyusun strategi komunikasi politik yang lebih efektif.
Kedua, sebagai panduan dalam menentukan arah koalisi atau strategi kampanye. Partai politik sering menggunakan data elektabilitas untuk menilai potensi calon yang akan diusung. Calon dengan elektabilitas tinggi cenderung lebih mudah mendapatkan dukungan dari partai atau kelompok politik lainnya karena dianggap memiliki peluang besar untuk menang.
Ketiga, sebagai bahan evaluasi internal. Elektabilitas juga berfungsi untuk menilai keberhasilan program kampanye yang sudah dijalankan. Jika elektabilitas cenderung menurun, tim kampanye dapat segera melakukan evaluasi terhadap pesan, gaya komunikasi, maupun isu yang diangkat.
“Elektabilitas ibarat termometer politik. Ia menunjukkan suhu dukungan publik terhadap kandidat. Naik-turunnya elektabilitas bisa menjadi peringatan bagi politisi untuk memperbaiki strategi atau citra diri,” kata analis politik LIPI, Siti Rahmawati.
Baca juga: Perbedaan Bupati dan Wali kota: Wilayah, Fungsi, dan Tugasnya
Manfaat Elektabilitas bagi Masyarakat dan Demokrasi
Selain penting bagi partai dan kandidat, elektabilitas juga memberikan manfaat bagi masyarakat dan kehidupan demokrasi.
Pertama, meningkatkan transparansi politik. Publik bisa mengetahui siapa saja tokoh atau partai yang saat ini mendapatkan dukungan besar. Hal ini membantu pemilih untuk melihat dinamika politik secara lebih objektif dan rasional.
Kedua, mendorong persaingan yang sehat. Dengan adanya data elektabilitas, para kandidat berlomba-lomba meningkatkan citra, kinerja, dan kedekatan dengan masyarakat. Kompetisi ini pada akhirnya dapat menghasilkan pemimpin yang lebih responsif terhadap kebutuhan rakyat.
Ketiga, memperkuat partisipasi publik. Survei elektabilitas sering kali memicu diskusi di ruang publik, baik di media massa maupun media sosial. Masyarakat menjadi lebih sadar akan pentingnya memilih pemimpin yang berkualitas dan sesuai dengan aspirasi mereka.
Namun demikian, para ahli juga mengingatkan agar hasil survei elektabilitas tidak dijadikan satu-satunya patokan. “Survei hanyalah potret sesaat. Elektabilitas bisa berubah dengan cepat, tergantung isu, kinerja, dan persepsi publik,” tegas Dr. Rudi Hartono.
Elektabilitas kini menjadi bagian penting dalam proses politik modern. Ia tidak hanya mencerminkan dukungan publik, tetapi juga menjadi alat evaluasi, strategi, dan komunikasi politik yang efektif.
Meski demikian, masyarakat tetap perlu bersikap kritis terhadap angka-angka survei. Elektabilitas yang tinggi belum tentu mencerminkan integritas dan kapasitas seorang calon. Oleh karena itu, pemilih diharapkan tetap menilai calon pemimpin secara menyeluruh — tidak hanya dari popularitas, tetapi juga dari rekam jejak dan komitmen terhadap kepentingan rakyat.
Sumber : https://www.antaranews.com/berita/3851484/survei-y-publica-elektabilitas-gerindra-alami-naik-signifikan-di-2023